Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gus Chamzah, Tokoh Visioner Banjarnegara

KH. M. Chamzah Hasan atau yang akrab disapa Gus Chamzah adalah putra kedua dari pasangan KH. M. Hasan dan Ibu Nyai Hj. Marfu’ah Hasan. Beliau dilahirkan di Banjarnegara pada 03 November 1966 dan dibesarkan di lingkungan pondok pesantren.


Pada tahun 1960 KH. M. Hasan (Alm) bersama kakaknya KH. Ahmad Basyuni (Alm) mendirikan Pondok Pesantren Tanbihul Ghofiliin. Berdirinya pesantren tersebut dimulai dari pembangunan mushola untuk sekadar mengaji masyarakat sekitar, kemudian pada tahun-tahun berikutnya mulai disediakan tempat tinggal (asrama) untuk santri menetap.

Seperti halnya adat pesantren lainnya, di mana tapuk kepemimpinan diturunkan secara turun-temurun, maka pada tahun 2007 Abah Chamzah (sapaan para santrinya) meneruskan perjuangan ayahnya sebagai pengasuh Pondok Pesantren Tanbihul Ghofiliin.

Gus Chamzah beserta kaka dan adik-adiknya meneruskan kiprah dari ayahnya yakni mengisi rutinitas pengajian Ahad Kliwon dan pengajian di berbagai daerah di Banjarnegara, yang mana kegiatan tersebut menjadikan wadah bagi masyarakat umum untuk menuntut ilmu dan mempererat tali persaudaraan. Selain itu beliau juga mengisi pengajian di berbagai wilayah, sehingga tak heran jika Gus Chamzah dikenal oleh masyarakat luas khususnya Jawa Tengah.

Pada tahun 2010, beliau mendirikan lembaga pendidikan formal berupa Madrasah Tsanawiyah (MTs) di bawah naungan Yayasan Tanbihul Ghofiliin, yang mana Gus Chamzah ingin mewujudkan impian ayahnya yakni mendirikan lembaga pendidikan formal sebagai penyeimbang di era serba hitam di atas putih, karena dunia sekarang menuntut yang demikian adanya. Jadi sembari santri menuntut ilmu agama juga mendapat ilmu pengetahuan umum lainnya.

Tidak berhenti di situ, setahun setelahnya Gus Chamzah juga mendirikan Madrasah Aliyah (MA) dan kemudian pada tahun 2019 mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tanbihul Ghofilin. Alhasil perkembangan pesat pun terjadi dan jumlah santri terus membludak hingga akhirnya banyak dibangun asrama.

Gus Chamzah merupakan seorang santri dari tokoh kiai nasionalis K.H. Maimoen Zubair (Mbah Moen). Beliau adalah gambaran dari seorang santri yang selalu mendahulukan kepentingan dari gurunya di atas kepentingan pribadi bahkan pondok pesantrennya.

Tak lupa juga tentang keta’dziman yang sangat luar biasa kepada gurunya saat di pesantren ataupun setelah mukim, walaupun sudah tidak bertatap muka Gus Chamzah sangat memegang teguh bahwa “ada berkah didalam khidmah”.

Dalam Peranannya, Gus Chamzah sangat dianggap memiliki pengaruh. Bukan karena jabatan atau sesuatu hal, melainkan loyalitasnya terhadap guru dan dzuriyah Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang. Beliau dinilai patut disebut sebagai leader yang dijadikan role model suatu organisasi.

Selain fokus mengurus santri-santrinya, Gus Chamzah juga berkiprah diluar pondok pesantren. Seperti yang sekarang sedang diemban, yakni menjadi ketua Santri Gayeng Nusantara (SGN) Jawa Tengah. Hal itu atas arahan dan rekomendasi dari panglima SGN yakni H. Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin yang sekaligus saat ini sedang menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah.

Tersohor bukan berarti menjadi sombong”. Itulah penggalan kalimat yang perlu kita tanam di hati sebagai ugeman hidup. Gambaran penggalan kalimat di atas bisa kita lihat pada Gus Chamzah sosok tokoh visioner dari Banjarnegara. (SGN Banjarnegara)***

Sumber: https://santrigayengnusantara.co/gus-chamzah-tokoh-visioner-banjarnegara/

Posting Komentar untuk "Gus Chamzah, Tokoh Visioner Banjarnegara"